Mercy Corps Indonesia Adalah

Mercy Corps Indonesia Adalah

Sumber Pendanaan LDII

Di dalam membiayai segala macam aktivitasnya menurut ketentuan ART organisasi pasal 30, LDII mendapatkan dana dari sumbangan yang tidak mengikat. Sebagian besar dana sumbangan dikumpulkan dari warga LDII sendiri (swadana). Selain dari warganya, LDII juga menerima sumbangan dalam berbagai bentuk dari perorangan, pihak swasta maupun pemerintah Republik Indonesia.

Metode Pengajaran LDII

LDII menggunakan metode pengajian tradisional, yaitu guru-guru yang berasal dari beberapa alumni pondok pesantren kenamaan, seperti: Pondok Pesantren Gontor di Ponorogo, Tebu Ireng di Jombang, Kebarongan di Banyuwangi, Langitan di Tuban, dll. Mereka bersama-sama mempelajari ataupun bermusyawarah beberapa waktu terlebih dahulu sebelum menyampaikan pelajaran dari Alquran dan Hadis kepada para jama’ah pengajian rutin atau kepada para santriwan dan santriwati di pondok-pondok LDII, untuk menjaga supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan penjelasan tentang pemahaman Alquran dan Hadis. Kemudian guru mengajar murid secara langsung (manquul) baik bacaan, makna (diterjemahkan secara harfiyah), dan keterangan, dan untuk bacaan Alquran memakai ketentuan tajwid.

Apakah yang dimaksud dengan “Manquul?” “Manquul” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Naqola-Yanqulu”, yang artinya “pindah”. Maka ilmu yang manquul adalah ilmu yang dipindahkan / transfer dari guru kepada murid. Dengan kata lain, Manqul artinya berguru, yaitu terjadinya pemindahan ilmu dari guru kepada murid. Dasarnya adalah sabda Nabi Muhammad dalam Hadis Abu Daud,

Yang artinya: “Kamu sekalian mendengarkan dan didengarkan dari kamu sekalian dan didengar dari orang yang mendengarkan dari kamu sekalian”.

Dalam pelajaran tafsir, “Tafsir Manquul” berarti mentafsirkan suatu ayat Alquran dengan ayat Alquran lainnya, mentafsirkan ayat Alquran dengan Hadis, atau mentafsirkan Alquran dengan fatwa shohabat. Dalam ilmu Hadis, “manquul” berarti belajar Hadis dari guru yang mempunyai isnad (sandaran guru) sampai kepada Nabi Muhammad. Dasarnya adalah ucapan Abdulloh bin Mubarok dalam Muqodimah Hadis Muslim, yang  artinya: “Isnad itu termasuk agama, seandainya tidak ada isnad niscaya orang akan berkata menurut sekehendaknya sendiri”.

Dengan mengaji yang benar yakni dengan cara manqul, musnad dan mutashil (persambungan dari guru ke guru berikutnya sampai kepada shohabat dan sampai kepada Nabi Muhammad), maka secepatnya kita dapat menguasai ilmu Alquran dan Hadis dengan mudah dan benar. Dengan demikian, kita segera dapat mengamalkan apa yang terkandung di dalam Alquran dan hadis sebagai pedoman ibadah kita. Dan sudah barang tentu penafsiran Alquran harus mengikuti apa yang telah ditafsirkan oleh Nabi Muhammad.

Sejarah Berdirinya LDII

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat LDII.

Baca juga : Pengurus DPP LDII Masa Bhakti 2021 - 2026 (ldiisampit.or.id)

Ada 3 Motto LDII adalah :

1. Yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan yang mengajak kepada kebajikan dan menyuruh pada yang ma’ruf (perbuatan baik) dan mencegah dari yang munkar (perbuatan tercela), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imron, No. Surat: 3, Ayat: 104).

2. Yang artinya: “Katakanlah inilah jalan (agama) – Ku, dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (dalil/dasar hukum) yang nyata. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang yang musyrik”. (QS. Yusuf, No.Surat: 12, Ayat: 108).

3. Yang artinya: “Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik”. (QS. An-Nahl, No.Surat: 16, Ayat: 125).

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang pada awal mula berdirinya pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur bernama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI) yang kemudian diubah menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) didirikan oleh:

Drs. Bahroni Hertanto.

Soetojo Wirjo Atmodjo BA.

Aktivitas Pengajian LDII

LDII menyelenggarakan pengajian Al Qur’an dan Al Hadits dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Di tingkat PAC (Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 2-3 kali seminggu, sedangkan di tingkat PC (Kecamatan) diadakan pengajian seminggu sekali. Untuk memahamkan ajarannya, LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia prasekolah sampai SD) yang terkoordinasi diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga ada pengajian khusus remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah). Disamping itu ada pula pengajian yang sifatnya tertutup, juga pengajian terbuka . Pada musim liburan sering diadakan Kegiatan Pengkhataman Alquran dan hadis selama beberapa hari yang biasa diikuti anak-anak warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan mereka. Dalam pengajian ini pula diberi pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana pentingnya dan pahalanya orang yang mau belajar dan mengamalkan Alquran dan hadis dalam keseharian mereka.

LDII mengadakan berbagai forum tipe pengajian berdasarkan kelompok usia dan gender antara lain:

1. Pengajian kelompok tingkat PAC

Pengajian ini diadakan rutin 2 – 3 kali dalam seminggu di masjid-masjid, mushalla-mushala atau surau-surau yang ada hampir di setiap desa di Indonesia. Setiap kelompok PAC biasanya terdiri 50 sampai 100 orang jamaah. Materi pengajian di tingkat kelompok ini yaitu Quran (bacaan, terjemahan dan keterangan), hadis-hadis himpunan, dan nasihat agama. Dalam forum ini pula jamaah LDII diajari hafalan-hafalan doa, dalil-dalil Quran Hadis dan hafalan surat–surat pendek ALquran. Dalam forum pengajian kelompok tingkat PAC ini jamaah juga dikoreksi amalan ibadahnya seperti praktek berwudu dan salat.

2. Pengajian Cabe rawit

Pengembangan mental agama dan akhlakul karimah jamaah dimulai sejak usia dini. Masa kanak-kanak merupakan pondasi utama dalam pembentukan keimanan dan akhlak umat, sebab pada usia dini seorang anak mudah dibentuk dan diarahkan. Pengajian Cabe rawit diadakan setiap hari di setiap kelompok pengajian LDII dengan materi antara lain bacaan iqro’, menulis pegon, hafalan doa-doa, dan surat-surat pendek Alquran. Forum pengajian Caberawit juga diselingi dengan rekreasi dan bermain.

3. Pengajian Muda-mudi

Muda-mudi atau usia remaja perlu mendapat perhatian khusus dalam pembinaan mental agama. Pada usia ini pola pikir anak mulai berkembang dan pengaruh negatif pergaulan dan lingkungan semakin kuat. Karena itu pada masa ini perlu menjaga dan membentengi para remaja dengan kefahaman agama yang memadai agar generasi muda LDII tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat, dosa-dosa dan pelanggaran agama yang dapat merugikan masa depan mereka. Sebagai bentuk kesungguhan dalam membina generasi muda, LDII telah membentuk tim Penggerak Pembina Generus (PPG) yang terdiri dari pakar pendidikan dan ahli psikologi. Pembinaan generasi muda dalam LDII setidaknya memiliki 3 sasaran yaitu:

Menjadikan generasi muda yang sholeh, alim (banyak ilmunya) dan fakih dalam beribadah.

Menjadikan generasi muda yang berakhlakul karimah (berbudi pekerti luhur), berwatak jujur, amanah, sopan dan hormat kepada orang tua dan orang lain

Menjadikan generasi muda yang tertib, disiplin, trampil dalam bekerja dan bisa hidup mandiri

4. Pengajian Wanita/ibu-ibu

Para wanita, ibu-ibu dan remaja putri perlu diberi wadah khusus dalam pembinaan keimanan dan peningkatan kepahaman agama, mengingat kebanyakan penghuni neraka adalah kaum ibu/wanita. Sabda Rasulullah SAW:

“Diperlihatkan padaku Neraka, maka ketika itu kebanyakan penghuninya adalah wanita.” Hadis riwayat Bukhori dalam Kitabu al-Imaan

Selain itu banyak persoalan khusus dalam agama Islam menyangkut peran wanita dan para ibu. Haid, kehamilan, nifas, bersuci (menjaga najis), mendidik dan membina anak, melayani dan mengelola keluarga merupakan persoalan khusus wanita dan ibu-ibu. Disamping memberikan kerampilan beribadah forum pengajian Wanita / ibu-ibu LDII juga memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang keputrian yang berguna untuk bekal hidup sehari-hari dan menunjang penghasilan keluarga.

Para Lansia perlu mendapatkan perhatian khusus mengingat pada usia senja diharapkan umat muslim lebih mendekatkan diri kepada Allah sebagai persiapan menghadap kepada Ilahi dalam keadaan khusnul khotimah.

“Sesungguhnya pengamalan itu dilihat dari akhirnya”

Pengajian umum merupakan forum gabungan antara beberapa jamaah PAC dan PC LDII. Pengajian ini juga merupakan wadah silaturahim antar jamaah LDII untuk membina kerukunan dan kekompakan antar jamaah.

Semua pengajian LDII bersifat terbuka untuk umum, siapapun boleh datang mengikuti setiap pengajian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Sumber hukum LDII adalah Alquran dan Hadis. Dalam memahami Alquran dan Hadis, ulama LDII juga menggunakan ilmu alat seperti ilmu nahwu, shorof, badi’, ma’ani, bayan, mantek, balaghoh, usul fiqih, mustholahul-hadits, dan sebagainya. Ibarat orang akan mencari ikan perlu sekali menggunakan alat untuk mempermudah menangkap ikan, seperti jala ikan. Perumpamaannya adalah seperti orang yang akan mencari jarum di dalam sumur perlu menggunakan besi semberani. Untuk memahami arti dan maksud ayat-ayat Alquran tidak cukup hanya dengan penguasaan dalam bahasa ataupun ilmu shorof. Alquran memang berbahasa Arab tapi tidak berarti orang yang mampu berbahasa Arab akan mampu pula memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar. Penguasaan di bidang bahasa Arab hanyalah salah satu kemampuan yang patut dimiliki oleh seorang da’i atau muballigh, begitupun ilmu alat (nahwu shorof).

Di LDII untuk memahami arti dan maksud dari ayat-ayat Alquran maka para da’i ataupun para muballigh / ghoh telah memiliki kemampuan-kemampuan sebagaimana berikut:

1. Ilmu Balaghoh, yaitu ilmu yang dapat membantu untuk memahami dan menentukan mana ayat-ayat yang mansukh (diganti/ralat) dan mana ayat-ayat yang nasikh (gantinya), dan mana ayat-ayat yang merupakan petunjuk larangan (pencegahan).

2. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-musabab turunnya ayat-ayat   Alquran. Dengan ilmu tersebut dapat diketahui situasi dan kondisi bagaimana dan kapan serta dimana ayat suci Alquran diturunkan.

3. Ilmu Kalam, yaitu ilmu tauhid yang membicarakan tentang keesaan Allah, sekaligus membicarakan sifat-sifat-Nya.

4. Ilmu Qiro’at, yaitu ilmu yang membahas macam-macam bacaan yang telah diterima dari Nabi Muhammad (Qiro’atus Sab’ah).

5. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas cara-cara yang benar dalam membaca Alquran.

6. Ilmu Wujuh Wan-Nadzair, yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata dalam Alquran yang mempunyai arti banyak.

7. Ilmu Ghoribil Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa atau tidak juga terdapat dalam percakapan sehari-hari.

8. Ilmu Ma’rifatul Muhkam Wal Mutasyabih, yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat hukum dan ayat-ayat yang mutasyabihah.

9. Ilmu Tanasubi Ayatil Quran, yaitu ilmu yang membahas persesuaian/kaitan antara satu ayat dalam Alquran dengan ayat yang sebelum dan sesudahnya.

10. Ilmu Amtsalil Quran, yaitu ilmu yang membahas segala perumpamaan atau permisalan.

34 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) LDII se - Indonesia :

1. DPW LDII D. I. AcehKetua Tgk. H. Burhan, MBAJl. Peurada Utama Lr. Kelapa No. 6, Banda AcehTelpon: 0651-7551192HP: 0813770620062. DPW LDII Sumatera UtaraKetua Ir.H.Agus PurwantoJl.KH.Wahid Hasyim No.105 ATelpon: 0457 26540HP: 0852-756272923. DPW LDII Sumatera  BaratKetua Prof.DR.H.Jamsari, MPTelpon: 082114845793HP: 081266305714. DPW LDII JambiWkl.Ketua Ir.Luluk MiftahuddinTelpon:HP:5. DPW LDII RiauWkl.Ketua DR.Imam Suprayogi, ST.MTJl.Imam Munandar/Harapan Raya No.29Telpon: 0761-44321HP:6. DPW LDII RiauSekretaris Ir.Budi MulyonoJl.Imam Munandar/Harapan Raya No.29Telpon: 0812-7690209HP:7. DPW LDII Kep.RIAUSekretaris Ir.H.Taufik Hazairin, MMKOMPLEK PATAM ASRI BLOK O NO. 01 KOTA BATAMTelpon:HP:8. DPW LDII Kep. Bangka BelitungKetua Nardi Pratomo, SEJl. Depati Hamzah RT 06 RW 01 Kelurahan Semabung Lama Kecamatan Bukit Intan PangkalpinangTelpon:HP: 0813.777.3131319. DPW LDII Sumatera SelatanKetua H.M.Yunus Tjiknang, SEJl.Bukit Kenten Rt.15/8 Ilir, PalembangTelpon: 0711-714361HP: 0813-7380488010. DPW LDII BengkuluKetua H.Zainal Azmi, M.Pd.Jl.Merapi XII. No.13 Kebun TebengTelpon: 0852273661354HP: 081367720712

11. DPW LDII LampungWakil Ketua Drs. Antoni Prawira NegaraJl. Sutan Syahrir No. 21 Pahoman Bandar Lampung, Tlp.0721-259559, 261159Telpon: 0812 7253267HP: 0813-7953052612. DPW LDII BantenWkl.Ketua Inta Sahrudin, M.PdJl.Raya Serang-Cilegon Km.11 Jaya Sampurna,Telpon: 0254-2541404HP: 0812-1016576313. DPW LDII DKI  JakartaWkl.Ketua H.Donny Novrianto Siregar, S.PdJl.Kramat No.41 Rt.007/01 Cilandak TimurTelpon: 021-7814738HP: 0813-8910810014. DPW LDII Jawa BaratKetua Drs.H.BahrudinJl.Sarijati II No 6, Margacinta, Buah BatuTelpon: 022-7798178HP: 0812-2213944015. DPW LDII Jawa TengahKetua Prof. Dr. H. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum.Jln.Ngesrep Timur V No.8 Semarang 50269Telpon: 024-7472613HP: 0815-772468916. DPW LDII D. I. YogyakartaKetua Dr. H. Wahyudi, M.S.Jln.Sidobali UH II No.16 A, Muju mujuTelpon: 0274-543127HP: 0816-68341117. DPW LDII Jawa TimurWkl.Ketua Ir.H.Samiyono, MMGayungan VII/11 Rt/01, 60235 SurabayaTelpon:HP:18. DPW LDII BaliKetua Drs.Olih Solihat Karso, MSnJl.Padang Griya II/I Padang Sambian, Denpasar baratTelpon: 0361-415570HP: 0817-476435419. DPW LDII Nusa Tenggara BaratKetua Ir.Abdullah A.Karim,M.SiJl. Cilinaya Indah No. 63 Tanjung Karang Permai MataramTelpon:HP: 0878 6432649920. DPW LDII Nusa Tenggara TimurKetua H.Baswara Anindita,STTelpon:HP: .08123688453

21. DPW LDII GorontaloKetua Drs. H. Syamsudin AliJl.Cendrawasih 1 Rt.03/05, Kel.Moodu, Kota TimurTelpon: 0852-98679898HP: 0852-9845549622. DPW LDII Maluku UtaraSekretaris Ir. NurhadiPERUM MANDIRI KALUMATA BLOK B NO.35 KEC. TERNATE SELATANTelpon:HP: 081 235 639 69123. DPW LDII MalukuKetua Ir. Sudirman HS.Jl. Jend. Sudirman No. 354 Depan Kafe Robot  Batumerah Ambon, 97128Telpon: 0911 – 343966HP: 0852 4339998324. DPW LDII Sulawesi SelatanSekretaris Prof. Dr. H. Haryanto, M.Pd.Jl.Urip Suniharjo No. 96 B , MakassarTelpon: 0856-56796234HP: 0812-420943325. DPW LDII Provinsi Sulawesi BaratSekretaris H.UmarJl.KH.Muh.Saleh Lr.3 No.14 Cerbon ,Wonomulyo Kp.91352Telpon: 0428-51353HP: 0813-4208297026.  LDII Sulawesi Tengah Drs. Agus Salim St.MarhunJl. Zebra N0,32  PaluTelpon: 0451-481890HP:27. DPW LDII Sulawesi TenggaraKetua L. Kadir, S.PdJl. D.I Panjaitan Lrg. Al-Mukhlis No. 3 KendariTelpon: 0401 - 3195550HP: 0852 9948 622228. DPW LDII Sulawesi UtaraWakil Ketua Drs. Djafar WonggoJl.Raya Wori KM 6 Kel.Buha Manado 95252Telpon: 0431-818758HP: 0813-4009771329. DPW LDII Kalimantan TimurKetua HM.Sutamsis, S.H,M.H, M.Kn.Jl.W.Monginsidi VII/59 Dadi Mulya, SamarindaTelpon: 0541-736940HP: 08125-80003330. DPW LDII Kalimantan SelatanKetua Ir. H. M. Darban, B.Sc., M.MJl. Manggis Gg. Nangka No.6-8 Kel. Kuripan Banjar MasinTelpon: 0511-255866HP: 0821 48357575

Sumber : wikipedia.org

Benarkah Kebaya adalah Pakaian Asli Indonesia?

Tak ada catatan pasti dari mana kebaya berasal, namun kebaya kini identik dengan negara Asia Tenggara terutama di kawasan Semenanjung Malaya, termasuk Indonesia.

Masyarakat mengenal dua jenis kebaya, yaitu kutubaru dan encim. Kutubaru adalah model kebaya yang mengaitkan lipatan di bagian dada kiri dan kanan, adapula yang menggunakan bef atau kain penutup di bagian dada. Kebaya kutubaru diyakini berasal dari Jawa Tengah. Kebaya inilah yang disebut-sebut sebagai pakaian asli Indonesia.

Kebaya encim digunakan warga nusantara keturunan Tionghoa. © Istimewa

Sedangkan encim adalah model kebaya yang diyakini berasal dari budaya pakaian Tionghoa. Model kebaya ini tanpa bef, biasanya dilengkapi renda atau bordir di bagian ujung badan dan lengan. Encim yang sering disebut dengan "kebaya nyonya", ditetapkan sebagai pakaian tradisional di Malaysia dan Singapura. Meski demikian Tionghoa tidak dikenal sebagai asal kebaya, sebab pakaian tradisionalnya adalah cheongsam atau qipao.

Kata kebaya telah muncul dalam dicatat Gubernur Hindia Belanda Thomas Stamford Raffles yang kemudian dibukukan dalam History of Java (1817). Bentuk awal kebaya diyakini berasal dari Kerajaan Majapahit (berkuasa hingga 1389), yang digunakan permaisuri dan selir untuk menutupi tubuh yang hanya beralas kemben. Di masa itu kemben merupakan pakaian utama. Ketika Islam masuk ke nusantara, perempuan kraton mulai menutupi tubuhnya dengan kain tambahan dengan bentuk yang sekarang kita kenal dengan kebaya.

Selanjutnya kebaya menjadi pakaian kebesaran perempuan kraton Jawa di Abad ke-V, dengan bahan berupa beludru, sutra ataupun brokat yang digunakan dengan bros dan kain panjang. Masyarakat biasa pun menggunakan kebaya, dengan bahan lebih ringan semacam kain tisu atau sifon tanpa hiasan bros meski masih menggunakan kain panjang.

Perempuan Belanda di Hindia Belanda mengenakan kebaya. © Tropen Museum

Di masa penjajahan, perempuan Belanda yang tinggal di tanah air pun kerap mengenakan kebaya dalam agenda resmi. Mereka menjadikan pakaian ini sebagai identitas kasta, mengikuti para perempuan kraton yang di masa itu memiliki derajat sosial lebih tinggi dibanding masyarakat biasa.

Meski tidak digunakan sebagai pakaian tradisional di banyak daerah di Indonesia, di masa kini kebaya mampu menjadi penanda identitas bangsa. Cara mengenakannya yang memakai stagen, kain batik panjang (jarik), selendang hingga konde membuatnya otentik Indonesia. Apalagi di tahun 1940-an Presiden Soekarno telah menetapkannya sebagai pakaian nasional.

Dari berbagai sumber.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Badan Hukum LDII sebagai Ormas

Baca juga : LDII adalah Ormas Islam di Indonesia (ldiisampit.or.id)

Dasarnya, yaitu Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. AHU-18. AH.01.06. Tahun. 2008, Tanggal, 20 Februari 2008.

PERTAMA: Memberikan Pengesahan Akta Pendirian: LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA disingkat LDII, NPWP. 02.414.788.6-036.000 berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, sebagaimana anggaran dasarnya termuat dalam AKTA Nomor 01 tanggal 03 Januari 1972 yang dibuat oleh Notaris Mudijomo berkedudukan di Surabaya dan Akta Nomor 13 Tanggal 27 September 2007, yang dibuat di hadapan Notaris Gunawan Wibisono, SH, berkedudukan di Surabaya dan oleh karena itu mengakui lembaga tersebut sebagai badan hukum pada hari pengumuman anggaran dasarnya dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

KEDUA: Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Baca juga : Pengurus DPP LDII Masa Bhakti 2021 - 2026 (ldiisampit.or.id)

Bidang Pendidikan Keterampilan, Kepemudaan, dan Olahraga

Dalam bidang Pendidikan Keterampilan, Kepemudaan dan Olahraga, LDII menyelenggarakan kursus keorganisasian, keterampilan, perkemahan pemuda, dan kegiatan Pramuka. Dalam bidang olahraga, di antaranya menyelenggarakan Pencak Silat Persinas ASAD (Ampuh Sehat Aman Damai) yang sudah menjadi anggota IPSI, sudah mengikuti turnamen Pencak Silat tingkat Nasional, turnamen sepak bola sampai tingkat Nasional dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda pada tahun-tahun 1991, 1994, dan 1996, 2000 dan 2002.

LDII peduli dan turut serta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat dengan uji coba mengadakan kegiatan Usaha Bersama (UB) yang berbasis di tingkat Pimpinan Cabang ( PC) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Marines of Company C, 3d Tank Battalion receive a brief from their company commander. They are sitting in front of Genesis II while in Saudi Arabia. Photo courtesy of M. O’Neal.

The movement of Coalition forces in the famous “Hail Mary” or “Left Hook” of the ground campaign. Coalition forces blocked the escape route for Iraqi troops that remained in Kuwait. Graphic courtesy of the U.S. Army Center of Military History.

Marines study a sand table map of the obstacle belts in Kuwait. They needed to breach the obstacle belts quickly to avoid being caught in Iraqi artillery barrages and armored counter attacks while unable to maneuver. Photo courtesy of M. O’Neal.

After securing Al Jaber Air Base, Task Force Ripper oriented their attack towards Kuwait International Airport. However, the Iraqis launched a counterattack that the 3d Tank Battalion fended off before resuming their advance. By the evening of 25 February, the 1st Marine Division approached Kuwait International Airport. Smoke from the pervasive oil fires slowed the division, forcing them to wait until the following day. Another set of obstacles to traverse and continued poor visibility meant the 1st  Marine Division could not surround and fully secure the airport until the morning of 27 February. There, the division paused while a joint Arab military force liberated Kuwait City. MajGen Myatt then waited for  word of a ceasefire or orders to begin an attack on Baghdad.

Marines of 3d Tank Battalion outside of Kuwait City at Kuwait International Airport. This tank was fitted with a mine rake as a measure to help clear the minefields the Marines encountered during the ground assault. Photo courtesy of M. O’Neal.

The assault on Baghdad would not happen. Early on the morning of 28 February, President George H.W. Bush ordered a ceasefire after it was clear that the Iraqi military had been thoroughly defeated. Genesis IIDuring Operation Desert Storm, the Marine Corps sent a team of historians to scour Southwest Asia for items to preserve for posterity. They chose to send back an M60A1 tank called Genesis II. The M60A1 is a relic of the cold war and it was chosen because its tank commander also led Company C, 3d Tank Battalion, the lead tank company to cross the border in Kuwait. According to Genesis II's crew, tank commander Capt Ed Dunlap resembled Genesis singer Phil Collins. They chose to name the tank after Collins's band. The crew also painted "Shoot-N-Loot" on the gun barrel as a tongue-in-cheek reference to their instructions that they were going to Kuwait to liberate the country and not to shoot at and loot the populace.

Genesis II’s crew standing in front of the tank. It was concealed under radar-scattering camouflage netting with it’s main gun barrel protruding. From top left, clockwise: Capt Ed Dunlap, Cpl Sean Pulliam, LCpl Sean Gardner, and Cpl David Schmidt. Photo courtesy of Ed Dunlap

Genesis II somewhere in Kuwait. Photo Courtesy of Ed Dunlap.

LtCol Alphonso “Buster” Diggs commanded the 3d Tank Battalion, the armor component of TF Ripper, during Operation Desert Storm. Photo courtesy of M. O’Neal.

Transition to the M1A1When most people think of Operation Desert Storm, they think of the M1A1 Abrams tanks storming over the desert terrain of Iraq. But the Marine Corps had only begun to transition from the older M60 to the M1A1 Abrams tank immediately before Operation Desert Shield and did not have many by August 1990. 2d Tank Battalion received some of the new Abrams tanks in time for Operation Desert Storm, and two reserve companies, Companies B and C, 4th Tank Battalion received a crash course in the new tank as well. The U.S. Army's 1st Brigade, 2d Armored Division, or "Tiger Brigade," who reinforced the 2d Marine Division for the war, used M1A1 Abrams tanks as well, bringing the number of the new tanks in I MEF to 196. ​

The U.S. Army’s 1st Brigade, 2nd Armored Division “Tiger Brigade” fought as a component of the 2d Marine Division. Their M1A1 Abrams and Bradley Fighting Vehicles protected the left flank of the Marines’ assault into Kuwait and provided additional armor support to the operation. Photo courtesy of NARA

The Marine Corps deployed more of the cold-war era M60 tanks in support of the operation. For the American armed forces, Desert Storm was the first—and last—hurrah for the M60 tanks in major combat roles. The Marine Corps upgraded the M60s to improve their accuracy and survivability and included passive night vision sights for the gunner and commander. The M60s of Desert Storm featured explosive reactive armor, which exploded when shot to dissipate the destructiveness of an anti-tank round. The tank also only had a 105mm main gun compared to the Abrams's 120mm main gun and the Abrams was faster, more survivable, presented a smaller silhouette, and was more reliable. Immediately after returning from Kuwait, the Marine Corps purged the M60s from their inventories and completed the transition to the Abrams. The 3d Tank Battalion deactivated in the summer of 1992.

Restoration​When Genesis II came to the old Marine Air-Ground Museum at Quantico, it sat outside in Virginia's humid environment, causing some corrosion problems and damage to the paint. Because of the corrosion, Genesis II needed to be restored. The National Museum of the Marine Corps developed a partnership with Marine Depot Maintenance Center, Albany to complete the restoration. The Museum has worked with MDMC Albany for other restoration projects, and the crews there understand our exacting standards, and have always exceeded the Museum’s expectations. ​

Genesis II with its Explosive Reactive Armor removed before the restoration process began. Photo by Nathan L. Hanks, Jr.

​The restoration took roughly two years. Albany's maintainers carefully removed all of the paint, but first painstakingly documented all of the tank's markings. They completely disassembled Genesis II, removed all of the corrosion, treated the bare metal, painted the components, then reassembled it. Finally, they restored the markings exactly as the crew left them in 1991.

Arrival and InstallationThe newly-restored Genesis II arrived at the National Museum of the Marine Corps from Albany, Georgia, in September 2016. It took two days for riggers to put the tank on its mount. Genesis II was the first artifact installed in the Final Phase galleries, which interpret Marine Corps history from 1975-2015.

Genesis II arriving at the National Museum of the Marine Corps

Installation of Genesis II into Final Phase Gallery

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) adalah organisasi dakwah kemasyarakatan di wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan visi, misi, tugas pokok, dan fungsinya, LDII mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas peradaban, hidup, harkat, dan martabat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta turut serta dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa guna terwujudnya masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila, yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Awal mulanya, LDII bernama YAKARI (Yayasan Lembaga Karyawan Islam), kemudian berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam), dan akhirnya berganti nama lagi menjadi LDII, karena nama LEMKARI dianggap sama dengan akronim dari Lembaga Karate-Do Indonesia.

LDII adalah organisasi yang independen, resmi dan legal mengikuti ketentuan sebagai berikut :

Undang-undang No. 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan.

Pasal 9 ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara RI 1986 nomor 24), serta pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986.

dan aturan hukum lainnya.

LDII memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Program Kerja dan Pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas)Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan cita-cita para ulama perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan Alquran dan Hadis, dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.